Friday, August 17, 2007

Menjelang HUT ke-62 RI, terjadi pencurian dan pembakaran bendera di Aceh

Menjelang HUT ke-62 RI, terjadi pencurian dan pembakaran bendera di Aceh
Dua hari menjelang perayaan ulanga tahun ke 62-RI, untuk ke-3 kalinya terjadi pencurian dan pembakaran bendera merah putih di Aceh. Selasa (15/8) dini hari telah terjadi pencurian 57 buah bendera merah putih di Desa Kampung Tengah Kec. Sawang, Aceh Utara dan 7 buah bendera dibakar di Desa Babak Buluh. Sampai tulisan ini diturunkan para pelaku belum diketahui karena menurut pemilik bendera kejadian dilakukan pada dini hari, hingga baru sadar pada pagi hari. Menurut Letkol Yogi Gunawan aksi pencurian dan pembakaran bendera merah putih tersebut tidak dapat ditolelir, ia mengharapkan partisipasi masyarakat dalam penyelesaian masalah tersebut. Selain itu ia juga meminta Bupati Aceh Utara untuk mengganti bendera yang hilang sampai perayan HUT berakhir. Sedangkan Marsekal Joko Suyanto menyebutkan, para pelaku pencurian dan pembakaran terhadap bendera kesatuan RI itu sebagai pengkhianat bangsa "Aksi seperti seperti itu merupakan tindakan pengkhiatan, itu tidak boleh," ungkapnya ketika diwawancarai wartawan usai bertemu Presiden. Ia juga memerintahkan POLRI untuk menangkap pelaku dan diberi hukuman seberat-beratnya. Sementara itu menteri pertahanan Widodo As telah mengintruksikan bawahannya guna langsung mengusut kejadian tersebut. "Sekarang kita tinggal menunggu hasilnya saja," terangnya seperti disiarkan di salah satu radio swasta pada Rabu lalu. Sebelumnya 150 bendera hilang di empat Desa di Aceh, tindakan ini sekaligus menodai dua tahun pasca penandatanganan MoU antara RI dan GAM mengenai komplik di daerah tersebut.

Detik berikutnya..

Wednesday, August 15, 2007

Ada Apa Dengan PKS

Mengamati hasil Pilkada di dua daerah, Pekanbaru dan Jakarta pada dua tahun terakhir ini ada hal menarik yang patut dicermati. Walaupun Pilkada Pekanbaru dan DKI Jakarta sangatlah berbeda dari segi ruang lingkupnya, Pekanbaru ibu kota Provinsi Riau merupakan kota madya sedangkan Jakarta yang ibu kota Republik Indonesia adalah sebuah provinsi, namun ada kesamaan dalam jalannya pesta demokrasi ini. Hal ini bisa dilihat dari hasil pemilihan di dua daerah yang berbeda tersebut. Lho, dari segi apanya?. Di Pekanbaru Herman Abdullah dan wakilnya berhasil mengungguli pasangan Erat (Erwandy-Ayat), sementara di DKI Jakarta pasangan Fauzi Bowo dan wakilnya juga berhasil menumbangkan Adang-Dhani. Dua kesamaan yang terdapat di dua pilkada pada waktu dan tempat berbeda itu terletak pada dua calon yang mengalamai kekalahan, yaitu mereka sesama calon yang didukung penuh oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Entah suatu kebetulan atau tidak kedua calon dari dua derah ini kalah dalam dukungan PKS. Ada apa ya?, apakah karena PKS minim koalisi. Sementara dua calon yang menang lainnya baik pasangan Herman Abdullah dan Fauzi Bowo didukung penuh oleh Golkar berhasil menanga. Hingga timbul celetukan Calon dari PKS selalu kalah(!!!!). Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan hasil yang dicapai PKS pada pemilu dalam memilih calon legislatif tahun 2004 lalu yang mana partai yang bernafaskan islam ini mendapat kemenanngan dibeberapa daerah. Ada apa dengan PKS??

Detik berikutnya..

Friday, August 3, 2007

Menurunkah Kepercayaan Masyarakat Terhadap Stalantas? ( Ketika penilangan jadi bahan tontonan )

Aksi pemberhentian dan Pemeriksaan surat-surat kendaran oleh dua orang anggota poslisi terhadap kendaraan-kendaraan berat yang melewati jalan antar Provinsi jadi bahan tontonan masyarakat. Mulai dari pengendara mobil, sepeda motor, penjual koran hingga pengemis-pun memperhatikan dua orang petugas satlantas yang sedang memeriksa surat-surat dua buah kendaraan berat penganngkut barang pada persimpangan jalan HR Soebrantas dan jalan menuju terminal AKAP di Peknabaru Kamis (2/8) pagi lalu. Berbagai macam penafsiran timbul dari masyarakat yang menyaksikan hal tersebut, hal ini bukan hanya terjadi di hari itu saja namun tiap hari. Bahkan ada sebagian pengendara yang berperspektif negatif dengan petugas tersebut. Bagaimana tidak aparat pemerintah yang bertugas di salah satu persimpangan terpadat di kota bertuah itu memang cukup tekun menyetop kendaraan yang lewat, terutama kendaraan pengangkut barang. Salah seorang pengendara sepeda motor yang juga sedang menyaksikan kejadian itu berkomentar, "Cari alasa saja Polisi tu mau periksa surat-surat, padahal mau nilang. Kalau sopirnya mau cepat, ya masuk ke kantong dai lah uangnya", kata Pria paroh baya yang tidak ingin diketahui identitasnya ini sambil menungu lampu hijau. Sebegitu negatifkah pandangan masyarakat terhadap petugas lalu lintas?, atau aparatnya sendiri yang bermoral rendah. Akhir-akhir ini masyarakat kota Pekanbaru sedikit menurun rasa percaya mereka terhadap Satlantas. Tampaknya para petugas lapangan harus introspeksi diri, ada apa sebenarnya?. Tetapi dengan melihat ketertiban lalu lintas dan menurunnya lakalantas untuk satu tahun terakhir ini, warga kota Pekanbaru sepantasnyalah berterima kasih kepada petugas-petugas satuan lalu lintas yang telah bertugas.

Detik berikutnya..

Fauzi Bowo Bisa Kalah Jika Tetap Pakai Slogan "Betawi"

Marak-maraknya media massa dan elektronik memberitakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) baru-baru ini membuat opini-opini bermunculan, khususnya pilkada yang akan dihelatkan oleh Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Pemilihan priode ini mempertemukan antara Adang vs fauzi. Yang menarik dari persaingan ini adalah dari cara kedua kubu dalam mencari simpati warga Ibu kota tersebut. Adang dengan slogannya yang ngetop "ayo benahi Jakarta" terus mengadakan pertemuan-pertemuan. Yang mencuri perhatian adalah senjata andalan Fauzi Bowo dalam berkampanye. Seperti yang ditayangkan Media Elektronik pada beberapa TV swasta di tanah air Fauzi Bowo sangat gencar membawa nama betawi, yang katanya ia warga asli Jakarta. Tak tangung-tanggung, hampir seluruh artis Ibu kota yang "orang Betawi" digaet untuk menjadi bintang dalam kampanyenya. Dalam iklan itu jelas memberitahukan warga bahwa Fauzi Bowo orang betawi, yang paham dan mengerti Betawi. Sekarang mari kita lihat keadaan kota Jakarta sekarang, kondisi, data dan fakta. Memang diakui penduduk asli kota tersebut adalah suku betawi atau melayu Jakarta, akan tetapi itu bukan berarti seluruh warga kota orang Betawi. Semenjak zaman penjajahan tempo dulu kota Sunda Kelapa, Jaya karta itu telah bercampur aduk, orang datang dari berbagai daerah di Nusantara unutk berdagnag disana itu belum termasuk orang asing dan warga keturunan yang berdiam disana. Sekarang jangankan orang betawi asli, orang Riau-pun pandai bahasa betawi. Yang menjadi kekurangan sebenarnya dari kampanye Fauzi Bowo ini adalah bahwa tim suksesnya selalu mengaitkan sang calon dengan embel-embel orang betawi, ia dia memang harus menghormati sukunya, sang pemilik asli Jakarta tersebut namun, ia harus melihat realitas. Dengan terus meningkatnya pendatang di kota Jakarta bisa mengalahkan pertumbuhan orang Betawi asli di kota itu atau bisa dikatakan lebih banyak warga pendatang dari pribumi. Jakarta, kota dagang pasti ramai pendatang. Yang menjadi kepedulian disini apabila Fauzi terus menerus memakai slogan Betawinya, bisa saja Adang mengalahkannya sebab, calon yang satu ini lebih universal dan tidak berbau sukuisme dan etnik. Kita bisa melihat hasil Pemilu 2004 lalu, mengapa Mega-Hasyim kalah?, jika dijawab melalui sudut asal muasal sang calon ya, karena mungkin orang Indonesia sudah bosan dengan Presiden asal Ibu kota atau sudah jemu sama pasangan presiden dari tanah Jawa. Nach terbukti SBY-JK menang, bisa saja orang luar Jawa banyak memilih JK, omong-omong orang tanah Jawa terus yang berkuasa. Hal ini bisa saja menimpa calon Gubernur Fauzi Bowo dan pasangannya.

Detik berikutnya..